7 Fakta Salah Kaprah Tentang Ular di Indonesia


Mitos biasanya sangat dipercaya karena diturunkan secara terus - menerus oleh nenek moyang kita hingga terdengar seperti hal yang benar.
Tidak jarang mitos - mitos yang ada membuat kita ketakutan dan menjadi fobia terhadap sesuatu, tidak terkecuali mitos mengenai ular.
Banyak orang merasa jijik, takut dan bahkan menjadi fobia terhadap ular karena mitos yang berkembang di masyarakat.

Padahal pada kenyataannya, beberapa mitos terhadap ular adalah salah. Berikut adalah 7 fakta tentang ular di Indonesia:

1. Ular Tidak Takut Garam
Mitos mengenai ular takut garam merupakan mitos paling terkenal.
Banyak para petualang atau pendaki menaburkan garam pada saat berkemah agar terhindar dari ular.
Sebagian besar masyarakat juga biasa menaburkan garam di sekeliling rumah mereka untuk mengusir ular.

Menurut studi yang dilakukan oleh sebuah lembaga studi ular di Indonesia, yayasan Sioux, ular sama sekali tidak takut garam.
Sioux menguji dengan beberapa jenis ular yang ada di Indonesia.
Mereka menaburkan garam di sekitar ular - ular tersebut, dengan jenis garam dan kadar yang berbeda - beda.

Hasilnya, setelah beberapa saat, ular melewati taburan garam tanpa kesulitan sedikitpun.
Hal ini membuktikan bahwa garam tidak efektif untuk mengusir ular.

2. Ular Licin dan Berlendir
Jika kita lihat, ular memiliki kulit yang mengkilat.
Sehingga orang mengira ular memiliki kulit yang licin dan berlendir.

Ular dilapisi oleh kulit yang kuat dan lentur.
Namun, tidak seperti manusia, kulit ular tidak memiliki kelenjar keringat.
Sehingga ular tidak akan basah dengan keringat.
Sedangkan lendir dihasilkan dari kelenjar mukus yang terdapat di bawah kulit, terutama pada hewan - hewan moluska (lunak).

Hewan Moluska memiliki kelenjar mukus hampir di seluruh bagian tubuhnya.
Sehingga mereka dapat mengeluarkan lendir yang cukup banyak.
Namun berbeda dengan ular, ular tidak memiliki kelenjar mukus. Jadi ular tidak dapat mengeluarkan lendir dari tubuhnya.
Jadi, mitos yang menyatakan ular berlendir, sudah pasti salah.

3. Tidak Semua Ular Berbisa dan Mematikan
Bisa pada ular dihasilkan oleh kelenjar saliva atau kelenjar ludah yang termodifikasi.
Kelenjar ini kemudian berkembang menjadi sebuah organ yang bisa dipergunakan untuk bertahan hidup.

Pada beberapa ular, bisa dapat menyebabkan kerusakan fatal pada organ tubuh manusia.
Bahkan bisa menyebabkan kematian.
Ada mitos yang menganggap bahwa semua ular itu berbisa.
Jika tergigit, akan menyebabkan kematian.
Faktanya, dari 500 jenis ular yang diperkirakan hidup di Indonesia,
hanya kurang dari 50 jenis ular berbisa tinggi dan menyebabkan kematian.
Dengan fakta tambahan bahwa sebagian ular berbisa tinggi ini berhabitat di laut.
Artinya, dari semua jenis ular yang hidup di Indonesia,
hanya 10% yang dapat membahayakan bagi manusia.

4. Ular Tidak Tinggal di Sarang
Sarang adalah tempat tinggal yang dibuat dan digunakan sebagai tempat hidup binatang sekaligus merawat anak - anak mereka.
Sarang untuk beberapa hewan dapat berupa lubang.
Banyak orang percaya bahwa ular selalu memiliki sarang sendiri.
Benarkah demikian?
Faktanya, kebanyakan ular hidup nomanen alias tidak menetap pada suatu tempat.
Jika kita lihat ular di sebuah lubang, biasanya si ular itu sedang mencari mangsa yang ada di lubang tersebut seperti tikus.

Ular adalah makhluk hidup yang soliter,
artinya mereka akan hidup sendiri secara mandiri sesaat setelah lahir.
Sehingga bahwa ular tinggal di sebuah sarang tertentu adalah tidak tepat.

5. Ular Berwarna Cerah Belum Tentu Berbisa
Warna tubuh pada ular sangat beraneka ragam.
Dari yang cerah, hingga yang gelap.
Warna tubuh pada ular sangat bergantung pada habitatnya atau lingkungan ia tinggal.
Misalnya sebagian besar ular berhabitat abroreal, atau tinggal di pepohonan.

Rata - rata tubuhnya berwarna kehijauan menyerupai warna dedaunan.
Hal ini akan memudahkan ular untuk melakukan proses penyamaran.
Pada ular dan kebanyakan binatang lainnya, warna cerah biasanya digunakan untuk mimikri atau penyamaran.
Mimikri ini berfungsi untuk menghindari serangan predator yang akan memangsanya.
Selain itu, mimikri biasanya juga digunakan untuk memancing mangsa agar tertarik untuk mendekat, sehingga mudah untuk dimangsa.

Pada ular, tidak semua berwarna cerah pasti berbisa.

6. Ular Tidak Takut dengan Bambu Kuning
Bambu kuning yang dalam bahasa latin disebut bambusa vafulgaris merupakan salah satu tanaman dari kelompok bambu yang banyak hidup di wilayah tropis.
Bambu jenis ini memiliki ciri - ciri batang yang beruas - ruas, tinggi, dan berwarna kuning.
Di Indonesia, bambu jenis ini banyak hidup di desa - desa pinggiran sungai atau sebagai tanaman hias di perkotaan.
Selain itu beredar mitos bahwa bambu kuning dipercaya dapat membuat ular lemas dan
dapat mengusir ular seketika.
Apakah anggapan ini benar?

Sebagai hewan melata yang tidak berkaki, ular memiliki daya jelajah tinggi.
Sehingga ular cukup banyak ditemukan di berbagai tempat.
Beberapa ular seperti kobra jawa atau dalam bahasa ilmiah disebut naja sputatrix, sering kali terlihat di area pohon bambu kuning.
Hal ini membuktikan bahwa ular sama sekali tidak takut dengan bambu kuning.
Jadi masih percaya bambu kuning ditakuti ular?

7. Manusia Bukan Mangsa Ular
Beberapa jenis ular seperti sanca batik atau python reticulatus dapat tumbuh dan berkembang dengan ukuran yang sangat besar.
Berdasarkan penemuan terakhir di Sumatera beberapa tahun yang lalu,
ular jenis ini dapat mencapai ukuran hampir 15 meter dengan berat mencapai 107 Kg.
Dengan kemampuan tumbuh dan berkembang yang sangat luar biasa ini,

timbulah mitos bahwa ular besar ini juga memangsa manusia untuk bertahan hidup.
Namun sebagai bagian dari rantai makanan utama dalam sebuah ekosistem, ular memiliki mangsa dan pemangsanya sendiri.

Mangsa utama ular besar ini adalah mamalia dan roden atau bangsa tikus.
Sedangkan manusia bukanlah mangsa utama ular besar ini.
Sebagai hewan liar, ular memang dapat menyebabkan kepanikan berlebihan.
Sehingga pengetahuan tentang ular tentu akan sangat membantu anda. Dengan begitu anda dapat mengetahui bagaimana cara menghadapai ular dengan benar dan aman.

Postingan populer dari blog ini

The profiles of devastation at the health center were actually terrible also due to the specifications of recent 12 times

Alberta elk Breeders desire district towards OK search Ranches In spite of Illness

Home Ballots towards Eliminate Confederate Sculptures